Sabtu, 10 Juli 2010

Ini Fakta Kawan

Leon Uris, pengarang buku terlaris '' Exodus '' pernah gagal dalam ujian Bahasa Inggris sebanyak 3 kali semasa di sekolah menengah.
Rodin si pengukir legendaris, pernah 3 kali gagal masuk sekolah seni.
Prestasi Isaac Newton amat lemah ketika di sekolah dasar.
Leo Tolstoy, penggarang buku '' War and Peace '' pernah di keluarkan dari akademi.
Albert Einstein, '' Bolot, tidak suka bergaul, dan senantiasa hanyut dalam khayalan bodohnya.''
Sebagai seorang siswa, Aristotle Onassis merupakan si tolol nomor satu dan biang kerok, sehingga pernah di keluarkan dari beberapa sekolah. Akhirnya dia gagal dalam ujian dan tidak punya ijazah walau diploma sekalipun.
Guru Thomas Edison pernah mengatakan bahwa Thomas terlalu bodoh untuk belajar sesuatu.
Walt Disney pernah di pecat oleh seorang redaktur surat kabar karena kekurangan ide.
Marconi mengajukan anggaran dana sebesar US$ 30.000 untuk membuat sistem pengiriman pesan tanpa kabel, teman - temannya menyarankan kepadanya supaya segera masuk ke rumah sakit jiwa terdekat.
Winston Churchill pernah tidak naik kelas enam.
Napoleon Hill pernah mengalami 7 kali kegagalan besar sepanjang hidupnya sebelum menulis buku ''Think and Grow Rich - Berpikir dan Menjadi Kaya.''
Ibu bapak Erico Caruso, seorang penyanyi opera terkenal pernah mengatakan bahwa dia sebenarnya tidak mempunyai suara nyaring dan tidak bisa bernyanyi.
by : Audil Kautsar
"Salam mbois buat warga gresik mas audil"

"Yang memiliki" adalah "Yang kehilangan"

(Diresume dari ajaran filsafat Kho Ping Ho dalam cerita Pendekar Mata Keranjang).
Siapa yang memiliki dia akan menjaga yang dimilikinya dari kehilangan. Yang memiliki sajalah yang akan kehilangan! Yang tidak memiliki apa-apa takkan kehilangan apa-apa. Dan dia pun melihat kenyataan bahwa hanya orang yang tidak memiliki apa-apa, dalam arti kata batinnya tidak terikat oleh apa pun, maka hanya dia itulah yang sesungguhnya penuh dengan segala sesuatu! Dan orang yang batinnya kosong, yang jiwanya kosong, memang haus untuk memiliki sesuatu atau dimiliki seseorang, dia membutuhkan sesuatu yang disenanginya untuk memenuhi kekosongan jiwanya Memang banyak kenyataan aneh di dunia ini. Mengapa orang INGIN MEMILIKI benda-benda yang dapat dinikmati dengan penglihatan, pendengaran atau penciuman misalnya? Mengapa kita ingin memiliki bunga yang indah dan harum itu? Padahal, tanpa kita miliki sekalipun, dapat saja kita menikmati keindahan dan keharumannya! Mengapa kita ingin memiliki burung yang nyanyiannya demikian merdu? Bukankah tanpa memiliki sekalipun, kita sudah dapat menikmati kemerduan suara burung itu? Kita ingin memiliki segala-galanya! Bukan hanya memiliki benda-benda, bahkan memiliki manusia lain. Isteri atau suami, anak-anak, keluarga menjadi milik kita yang kita kuasai, milik yang dapat menimbulkan kesenangan dan kebanggaan hati kita. Bahkan kita ingin memiliki nama besar, kedudukan, kehormatan. Si Aku tak pernah puas, terus membesar dan berkembang. Badanku keluargaku, hartaku, namaku, kedudukanku, terus membesar sampai ke bangsaku, agamaku dan selanjutnya. Karena melihat betapa si aku ini sebenarnya bukan apa-apa, hanya seonggok daging hidup Yang menanti saatnya kematian tiba dan kalau sudah mati segala miliknya itu terpisah dari "aku", maka si aku haus untuk mengikatkan diri dengan apa saja, untuk mengisi kekosongan dan kekecilannya, untuk tempat bergantung sesudah mati agar diingat terus, agar "hidup" terus.
by Ainul Yaqin
notes:Thank's,hopefully Mojokerto proud to have young men like you
"Salam Mbois selalu"

Tikungan Lereng Gunung Geger

Kurang lebih 25 km dari kota Malang terdapat sebuah tikungan jalan di lereng gunung geger yg biasa kita lewati jika kita akan pergi wisata ke pantai selatan baik Pantai Balekambang maupun Pantai Ngliyep,yg disitu kita bisa lihat dgn jelas pemandangan yg indah dgn panorama alam yg masih benar-benar alami.Bila pagi dan sore hari selalu banyak dikunjungi orang2 yg hanya ingin menikmati pemandangan dan sinar matahari baik dikala sunrise maupun sunset.Banyak sekali pendatang yg ketika melewati tikungan itu pasti menyempatkan berhenti sekedar melepas lelah dan menikmati panorama alam yg masih alami.Sempat terbesit dalam benakku seandainya itu dijadikan wisata kecil sekedar melepas lelah dalam perjalanan pasti akan mengandung mbois,seperti halnya di piket nol lumajang.Memang untuk bisa terwujudnya wisata itu dari pihak warga setempat harus setidaknya punya pemikiran sepeti itu dan itu tidak mudah harus kompak dan punya niat untuk memajukan hal tsb. Dulu sempat disebelah barat tikungan gunung geger ada bakso lesehan yg lumayan ramai kalau siang hari,tapi berhubung hanya sendirian tidak ada pedagang lain yg tertarik akhirnya tidak bertahan lama.
Sebenarnya kalau dilihat dari situasi tidak jauh beda dari wisata payung Batu, cuma bedanya disana para pedagang kompak sehingga bisa menjadikan daerah tsb menjadi sebuah wisata yg banyak dikunjungi.menurut saya lereng gunung geger pun tak jauh beda seandainya para pedagang2 mempunyai ide dan pemikiran seperti saya bisa jadi lereng gunung geger akan menjadi tempat wisata yg banyak dikunjungi.Dan akan bisa menciptakan lahan pekerjaan yg bagus dan bermanfaat bagi warga sekitar.apalagi jika musim hujan mulai tiba banyak sekali warga setempat sampai berderet menjajakan jamur.Karena lokasi dan hutannya masih alami sehingga ketika musim hujan tiba jamur-jamur masih banyak terdapat disekitar lereng gunung geger.
Mungkin dengan catatan kecil dan singkat ini ada orang yg peduli dan mau memajukan lereng gunung geger yg mempunyai tanda-tanda wisata yang terpendam..
refrensi langsung dari Mbah Geger salam takdzim mbah...
by Bahawan Mbois

Gus Mus (Kyai,Penyair,Pelukis)

MESKI Kiai Haji Achmad Mustofa Bisri dikenal sangat mobil. Kesana-kemari tak kenal lelah, baik untuk ceramah, diskusi, rapat NU, silaturahmi atau baca puisi. Tapi di bulan Ramadhan, jangan harap bisa ‘mengeluarkan’ Gus Mus —panggilan akrabnya— dari Pondok Pesantrennya di Rembang.

Kenapa ?

Sebab tradisinya adalah : selama bulan Puasa, Gus Mus pilih kumpul dengan keluarga dan para santrinya.

Dia juga membiasakan membaca takbir dan shalawat 170 kali sehabis Maghrib dan Isya.

“Ini memang sudah rutin” katanya. “Bila Ramadhan, saya khususkan untuk tidak keluar. Semua undangan ditolak !”

* * *

SANGAT boleh jadi, masa-masa bulan suci itu, juga digunakan Gus Mus untuk melakukan dua ‘hobi’ lainnya : menulis puisi dan melukis.

Untuk kegemarannya menulis, memang ada yang mengatakan sebagai nyleneh. Padahal, menurutnya, “bersastra itu sudah menjadi tradisi para ulama sejak dulu !”

“Sahabat-sahabat Nabi itu semua penyair, dan Nabi Muhammad SAW pun gemar mendengarkan mereka bersyair. Pernah Rasulullah kagum pada syair ciptaan Zuhair, sehingga beliau melepas pakaian dan menyerahkan kepadanya sebagai hadiah !”

* * *

JADI, kiai berpuisi itu tidak nyleneh ?

“Sebenarnya bukan saya yang nyleneh, tapi mereka !”

Mereka siapa ?

Yang mengatakan dirinya nyleneh !

Sebab, menurutnya, “sastra itu diajarkan di pesantren. Dan kiai-kiai itu, paling tidak tiap malam Jumat, membaca puisi. Burdah dan Barzanji itu kan puisi dan karya sastra yang agung ?!”

“Al Qur’an sendiri merupakan mahakarya sastra yang paling agung !”

* * *

WALHASIL, meski KHA Mustofa Bisri adalah Rais Syuriah PBNU. Meski dia anggota Dewan Penasihat DPP PKB. Meski dia Pimpinan Pondok Pesantren Raudhatul Thalibien di Rembang. Tapi kegiatan menulis puisi memang sudah menjadi darah-dagingnya

“Bersastra itu kan kegiatan manusia paling tinggi, melibatkan rasio dan perasaan !” katanya.

Nyatanya pula, Prof Dr Umar Kayam memahami sekali hal itu. “Dalam perjalanannya sebagai kiai, saya kira, ia (Gus Mus) menyerahkan diri secara total sembari berjalan sambil tafakur. Sedang dalam perjalanannya sebagai penyair, ia berjalan, mata dan hatinya menatap alam semesta dan puak manusia dengan ngungun, penuh pertanyaan dan ketakjuban” katanya.

Hasilnya, antaralain kumpulan puisi bertajuk Tadarus. “Inilah perjalanan berpuisi yang unik !” lanjut Begawan Sastra Indonesia itu.

* * *

SELAIN menulis puisi, Mustofa Bisri juga punya kegemaran melukis. Karyanya sudah puluhan atau mungkin ratusan. Tapi kurang jelas, apakah karyanya itu juga dikoleksi para pandemen lukisan — dengan membeli seperti mereka membeli karya lulusan ISI, misalnya.

“Kekuatan ekspresi Mustofa Bisri terdapat pada garis grafis” kata pula Jim Supangkat, kurator kenamaan itu. “Kesannya ritmik menuju dzikir, beda dengan kaligrafi !”

* * *

ADA KEJADIAN menarik ketika diselenggarakan Muktamar I PKB di Surabaya. KHA Mustofa Bisri termasuk yang diunggulkan jadi Ketua Umum. Pendukungnya juga banyak. Bahkan konon Gus Dur pun men-support.

Tapi, ternyata, Mustofa Bisri sendiri menolak. Atau mengundurkan diri !

Gus Mus justru ... mengadakan pameran lukisan bersama dua temannya, yang mereka beri judul Tiga Pencari Teduh.

Ternyata, dunia politik memang tidak cocok bagi Gus Mus. “Saya mendengar politik saja sudah gerah” katanya. “Apalagi masuk ke dalamnya !”

Itulah salah satu motivasi dia menggelar pameran lukisan. Mencari keteduhan di tangan gemuruhnya politik !
Satu Kamar dengan Gus Dur di Al Azhar, Kairo, Mesir
BEGITU bapaknya, begitu pula ayahnya. Begitu kakeknya, begitu pula cucunya. Inilah yang terjadi pada Achmad Mustofa Bisri, atau Gus Mus.

Kakeknya, H Zaenal Musthofa, dikenal sebagai penulis cukup produktif. Ayahnya, KH Bisri Musthofa, lebih produktif lagi. Juga lebih beragam kegiatannya. Baik di lingkungan politik, pemerintahan, maupun di bidang kebudayaan.

Bisri Musthofa juga dikenal sebagai orator ulung!

Dua putranya kemudian mengikuti jejaknya. KH Cholis Bisri ‘mewarisi’ bakat ayahnya dalam politik, dan kini menjadi Wakil Ketua MPR. Sementara adiknya, Achmad Mustofa Bisri, ‘mewarisi’ kepiawaiannya dalam menulis dan bersastra.

Tapi keduanya tetap ‘jago’ dalam soal agama, seperti kakeknya maupun ayahnya. Mereka juga memimpin pondok pesantren.

***

ACHMAD MUSTOFA BISRI dilahirkan di Rembang pada 10 Agustus 1944.

Selain mendapat gemblengan dari keluarga sendiri yang memang keluarga muslim yang sangat taat. Gus Mus memperoleh gemblengan di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri yang sohor itu. Kenangannya pada pesantren ini, antara lain terekam dalam puisinya berjudul Lirboyo, Kaifal Haal?

“Lirboyo, masihkah penghuni-penghunimu percaya pada percikan/ sawab-sawab mbah Manaf, mbah Marzuqi, dan mbah Mahrus rachimakumullah? / ataukah seperti dimana-mana itu tidak mempunyai arti apa-apa / kecuali bagi dikenang sesekali dalam upacara haul yang gegap gempita”

***

SELAIN memperdalam ilmu di Lirboyo, Gus Mus juga suntuk di Pondok Pesantren Krapyak, Yogya. Puncaknya belajar di Universitas Al Azhar, Kairo.

Di Al Azhar itulah, untuk pertama kali Gus Mus bertemu dan berkenalan dengan Gus Dur, yang kemudian menjadi Presiden keempat Republik Indonesia.

Seperti pengakuannya sendiri, mereka kemudian tinggal di satu kamar. Gus Dur banyak membantu Gus Mus selama di perguruan tinggi tersebut. Bahkan sampai memperoleh beasiswa.

Uniknya, atau ironisnya, Gus Dur sendiri kemudian tidak kerasan di Al Azhar. Dia DO. Lalu meneruskan studinya di Irak.

***

PULANG ke tanah air awal 1970-an, Gus Mus langsung... dinikahkan dengan Siti Fatwa. Gadis teman Gus Mus sendiri di masa kecil.

Jadi, agaknya, selama Gus Mus studi di Al Azhar, kedua orangtua mereka mematangkan rembuk untuk menjodohkan putera-puteri mereka!

“Banyak kenangan di antara kami” kata Gus Mus pula. “Semasa kecil saya kan sering menggodanya!”

Pasangan ini kemudian dianugerahi tujuh putra-putri. Sikap Gus Mus yang liberal didasari kasihsayang, agaknya sangat mengesankan putra-putrinya. Buktinya, Kautsar Uzmut, putri keduanya, memujanya. “Dia itu tipe Abah yang top!” katanya. “Saya sendiri memfigurkan pria seperti Abah yang nanti menjadi suami atau pendamping saya. Tapi terus terang, sangat sulit!”



***

MERASA tidak cocok dengan dunia politik, Gus Mus yang menguasai bahasa Arab, Inggeris dan Prancis memang kemudian lebih banyak berkiprah sebagai ‘kutu buku’ dan ‘penulis buku’. Tentu, di samping jabatan ‘resmi’ sebagai Rais Syuriah PB NU, Anggota Dewan Penasihat DPP PKB, dan tentusaja Pimpinan Pondok Pesantren di Rembang.

Meski Gus Mus pernah jadi Anggota MPR mewakili PPP, tapi ‘kiprah politiknya’ samasekali tidak menonjol. Sebab yang mencuat justru karya sastranya.

Di antara karyanya adalah: Ensiklopedi Ijmak, Proses Kebahagiaan, Pokok Pokok Agama, Kimaya Sa’adah, Nyamuk yang Perkasa dan Awas, Manusia. Serta kumpulan puisi OHOI, Tadarus, Pahlawan dan Tikus, Rubayat Angin dan Rumput, dan lainnya.
"Salam hormat takdzim kawulo mbois"

Jumat, 09 Juli 2010

Punakawan

Tokoh Punakawan yang terdiri dari Semar, Nala Gareng, Petruk dan Bagong, adalah tokoh-tokoh yang selalu ditunggu-tunggu dalam setiap pagelaran wayang di Jawa. Sebenarnya dalam cerita wayang yang asli dari India tidak ada tokoh Punakawan. Punakawan hanyalah merupakan "Bahasa Halus" dan "Bahasa Komunikatif" yang diciptakan oleh para Sunan/Wali di tanah Jawa. Para tokoh Punakawan dibuat sedemikian rupa, medekati kondisi masyarakat Jawa yang beraneka ragam.Para Wali dalam penyebaran agama Islam selalu melihat kondisi masyarakat baik dari adat istiadat maupun dari budaya yang berkembang saat itu. Wayang merupakan suatu media efektif untuk penyampai misi ini.Namun, para wali memandang bahwa,cerita wayang yang diusung dari negara asalnya India ternyata banyak yang berbau Hindu,animisme dan dinamisme. Mereka juga melihat pakem wayang India tersebut kurang komunikatif.Masyarakat hanya diminta duduk diam melihat sang dalang memainkan Lakonnya.Tentu tidak semua orang mau untuk menikmati adegan demi adegan semacam ini semalam suntuk.Maka para wali menciptakan suatu tokoh yang sekiranya mampu berkomunikasi dengan penonton,lebih fleksibel, mampu menampung aspirasi penonton,lucu dan yang terpenting, dalam memainkan para tokoh punakawan ini sang dalang dapat lebih bebas dalam menyampaikan misinya karena tidak harus terlalu terikat pada pakem yang ada.

Tokoh Punakawan dimainkkan dalam sesi Goro-Goro. Jika diperhatikan secara seksama ada kemiripan dalam setiap pertunjukkan wayang antara satu lakon dengan lakon yang lain. Pada setiap permulaan permainan wayang biasanya tidak ada adegan bunuh membunuh antara tokoh-tokohnya hingga lakon goro-goro dimainkan,mengapa? Dalam falsafah orang Jawa, hal ini diartikan bahwa janganlah emosi kita diperturutkan dalam mengatasi setiap masalah.Lakukanlah semuanya dengan tenang,tanpa pertumpahan darah dan utamakan musyawarah.Cermati dulu masalah yang ada,jangan mengambl kesimpulan sebelum mengetahui masalahnya. Ketika lakon goro-goro selesai dimainkan, barulah ada adegan yang menggambarkan peperangan dan pertumpahan darah. Itu dapat diartikan, Jika musyawarah tidak dapat dilakukan ,maka ada cara lain yang dapat ditempuh dalam menegakkan kebenaran. Dalam Islampun, setiap dakwah yang dilakukan harus menggunakan tahap-tahap yang tidak berbeda dengan tahap-tahap yang ada dalam dunia pewayangan ini. Dalam mengajak pada kebenaran/mencegah kemungkaran para pendakwah awalnya harus memberi peringatan (Bi Lisani) dengan baik,jika tidak mau, beri peringatan dengan keras ,jika tidak mau,kita dapat menggunakan kemampuan maksimal kita dalam mengupayakan penegakan kebenaran (termasuk Jihad,mungkin). Nah,lakon goro-goro jelas sekali menggambarkan atau membuka semua kesalahan,dari yang samar-samar kelihatan jelas.Ini merupakan suatu hasil dari sebuah doa yang terkenal Allahuma arinal Haqa-Haqa warzuknat tibaa wa'arinal bathila-bathila warzuknat tinaba, artinya : Ya Allah tunjukilah yang benar kelihatan benar dan berilah kepadaku kekuatan untuk menjalankannya,dan tunjukillah yang salah kelihatan salah dan berilah kekuatan kepadaku untuk menghindarinya.Semua menjadi jelas mana yang benar dan yang salah.Hingga akhir dari cerita wayang,para tokohnya yang berada dijalur putih akan memenangkan pertempuran melawan kejahatan, setelah benar-benar mengetahui mana jalan yang benar dan mengerti masalahnya.

Saudara,apa makna yang terkandung dalam setiap tokoh punakawan ini.Mari kita amati satu persatu:

Semar, aslinya tokoh ini berasal dari bahasa arab Ismar.Dalam lidah jawa kata Is- biasanya dibaca Se-.Ambillah contoh Istambul menjadi Setambul. Ismar berarti paku. Tokoh ini dijadikan pengokoh (paku) terhadap semua kebenaran yang ada atau sebagai Advicer dalam mencari kebenaran terhadap segala masalah. Paku disini dapat juga difungsikan sebagai pedoman hidup,pengokoh hidup manusia.Apa pengokoh hidup manusia itu?Tidak lain adalah agama.Sehingga semar bukanlah tokoh yang harus dipuja, tapi penciptaan semar hanyalah penciptaan simbolisasi dari agama sebagai prinsip hidup setiap umat beragama.

Nala Gareng, juga diadaptasi dari kata Arab Naala Qariin. Dalam pengucapan lidah jawa pula kata Naala Qariin menjadi Nala Gareng.Kata Naala Qariin, artinya memperoleh banyak teman, ini sesuai dengan dakwah para wali sebagai juru dakwah untuk memperoleh sebanyak-banyaknya teman (umat) untuk kembali kejalan Allah SWT dengan sikap arif dan harapan yang baik.

Petruk, diadaptasi dari kata Fatruk.Kata ini merupakan kata pangkal dari sebuah wejangan Tasawuf yang berbunyi : Fat-ruk kulla maa siwallahi, yang artinya : tinggalkan semua apapun yang selain allah.Wejangan tersebut kemudian menjadi watak para wali dan mubaligh pada waktu itu.Petruk juga sering disebut Kanthong Bolong artinya kantong yang berlobang.Maknanya bahwa, setiap manusia harus menzakatkan hartanya dan menyerahkan jiwa raganya kepada Allah SWT secara ikhlas, tanpa pamrih dan ikhlas,seperti bolongnya kantong yang tanpa penghalang.

Bagong, berasal dari kata Baghaa yang berarti berontak.Yaitu berontak terhadap kebathilan dan keangkaramurkaan. Dalam versi lain kata Bagong berasal dari Baqa' yang berarti kekal atau langgeng,artinya semua manusia hanya akan hidup kekal setelah di akhirat nantinya.Dunia hanya diibaratkan Mampir Ngombe (Sekedar Mampir untuk Minum).

Para tokoh punakawan juga berfungsi sebagai pamomong (Pengasuh) untuk tokoh wayang lainnya . Pada prinsipnya setiap manusia butuh yang namanya pamomong, mengingat lemahnya manusia,hidup tanpa orang lain.Pamomong dapat diartikan pula sebagai pelindung. Dan tiap manusia hendaknya selalu meminta lindungan kepada Allah SWT, sebagai sikap introspeksi terhadap segala kelemahan dalam dirinya. Inilah falsafah dari sikap pamomong yang digambarkan oleh para tokoh punakawan.

Alangkah disayangkan jika beberapa tokoh punakawan seperti semar dipuja-puji layaknya dewa oleh sebahagian dari penganut aliran kepercayaan. Padahal jelas sekali,semua tokoh yang ada hanyalah merupakan ciptaan para wali untuk mensimbolisasikan suatu keadaan dalam misi dakwah mereka menyebarkan Islam. Sebagai contoh Semar diceritakan sebagai seorang dewa (bathara Ismoyo kakak bathara Guru) yang turun ke bumi dengan menjelma menjadi manusia biasa untuk menjalankan sebuah misi suci.Hal ini sebenarnya cukup tepat untuk menggambarkan cara Allah SWT menurunkan Islam pada umat manusia dengan tidak menghadirkan sosok Allah langsung sebagai tuhan di muka bumi. Niscaya semua manusia akan menjadi Islam,jika allah langsung menyebarkan islam di Bumi.Lalu dimanakah letak kemerdekaan manusia,jika demikian? Manusia dibiarkan memilih semua ajaran yang ada. Mengingat, manusia diberikan kebebasan untuk menentukan nasibnya kelak di akhirat,sesuai dengan pilihannya di dunia.Maka sosok Semar sebagai dewapun harus dijelmakan sebagai sosok manusia dahulu,untuk tetap menjaga kodrat manusia sebagai makhluk yang bebas memilih. Lihatlah pula kata Semar Badranaya.Badra berarti kebahagiaan dan naya berarti kebijaksanaan.Untuk menuju kebahagiaan, yaitu dengan cara memimpin rakyat secara bijaksana dan menggiringnya untuk beribadah kepada Allah SWT.Negara akan stabil jika semar bersemayam di pertapaan Kandang Penyu.Maknanya adalah untuk mengadakan penyuwunan (penyu-) atau permohonan kehadiran Allah SWT.Jelas sekali misi dakwah yang terkandung disini,yang diceritakan dan diartikan sendiri maknanya oleh sang pembuat yaitu para wali.."salam wongmbois"